Empang ini merupakan sebuah kolam yang cukup besar dan berlokasi di belakang Gedung Negara Sumedang. Keberadaan empang ini tidak terpisahkan dari Gedung Negara yang pada awalnya berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat dan memancing bagi pejabat Bupati Sumedang. Empang ini dilengkapi dengan Bale Kambang.
Posisi empang ini berlokasi di sebelah selatan Gedung Negara yang berada di kompleks Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang. Akses utamanya melalui halaman belakang Gedung Negara. Sekeliling Empang ini dibatasi oleh tembok setinggi sekira 1,5 meter terutama di bagian barat, selatan dan timurnya. Pada awalnya, Empang ini tertutup untuk umum dan hanya digunakan oleh pejabat bupati Sumedang beserta tamu agung saja yang bisa mengaksesnya.
Empang ini berbentuk persegi panjang dengan memanjang arah utara selatan. Ukuran empangnya sendiri sebesar lapangan sepak bola, dan jika menggunakan Google Maps ukurannya sekira 100 meter x 60 meter. Di sisi utara yang terhubung dengan halaman belakang Gedung Negara ada bangunan yang dinamai Bale Kambang dengan jarak sekitar 20 meter ke arah tengah Empang. Bale Kambang sendiri merupakan bangunan berbentuk persegi delapan yang dihubungkan menggunakan jembatan penghubung dengan sisi utara Empang. Jembatan penghubungnya memiliki lebar sekitar dua meter dengan pembatas pinggir kiri dan kanan terbuat dari balok kayu. Jembatan penghubung ini dilengkapi dengan penutup atas (atap) dan tiang penyangganya.
Bale Kambang sendiri pada awalnya memiliki fungsi sebagai tempat beristirahat bagi keluarga pejabat Bupati Sumedang dan tamu-tamu agung sambil memancing ikan dengan dihibur Gamelan Buhun atau Degung. Di masa pemerintahan Pangeran Aria Soeria Atmadja yang menjabat dari tahun 1882 sampai dengan tahun 1919, ikan yang ada di Empang ini diganti dengan ikan Kancra, sehingga merupakan peternakan ikan Kancra yang beratnya bisa mencapai 10 atau 15 kilogram. Ikan Kancra tersebut dipanen setiap bulan Mulud, untuk keperluan pesta Maulid Nabi Muhammad saw. yang dibagikan kepada fakir miskin dan sebagainya.
Berdasarkan kisahnya, sebagaimana disebutkan oleh Carita Ki Sunda, Empang ini tidak lepas dari pembangunan Gedung Negara atau Gedung Bengkok. Ketika pembangunan Gedung Negara ini, diperlukan bahan yang cukup banyak terutama tanah yang digunakan mengurug kawasan yang akan dibangun Gedung Negara tersebut. Embah Mintaraga ditugaskan untuk mengurug lahan ini dan menggunakan tanah yang bersumber dari gunung kecil di belakang Masjid Agung Sumedang. Namun sampai gunung kecil tersebut rata, bahan urugan masih kurang. Untuk menutupi kekurangannya, digalilah lahan yang berlokasi di sebelah selatan Gedung Negara sampai membentuk cekungan. Akhirnya, cekungan bekas galian ini terisi air dan membentuk danau kecil yang kemudian dikenal dengan nama Empang.
Setelah sekian lama Empang ini tertutup untuk masyarakat umum dan hanya digunakan oleh bangsawan atau keturunan kerajaan saja beserta tamu agung, mulai tahun 2013 dibuka untuk umum. Ketika Bupati Sumedang dijabat oleh Drs. H. Endang Sukandar, M.Si. Empang ini dibuka untuk umum. Empang menjadi terbuka untuk umum dimulai dengan acara memancing bersama antara pejabat Bupati Sumedang dan warga.
Dan ketika pejabat Bupati Sumedang diduduki oleh H. Dony Ahmad Munir, keberadaan Empang ini semakin dibuka untuk umum. Empang tidak hanya digunakan sebagai lokasi memancing saja, tapi juga dijadikan tempat wisata. Pada tahun 2018 dilakukan acara Gathering Mancing Mania di Empang Gedung Negara ini yang diikuti oleh lebih dari 1.000 orang warga Sumedang. Kemudian pada tahun 2019, pemerintah Kabupaten Sumedang menata keberadaan Empang ini menjadi lokasi wisata baik wisata air maupun wisata selfie.
Penataan Empang Gedung Negara sendiri merupakan salah satu program dari bupati H. Dony Ahmad Munir yang tertuang dalam program Sumedang Simpati. Penataan ini dilakukan dengan membuat penanda Gedung Negara di sisi utara Empang yang dilengkapi dengan mural. Lokasi ini bisa digunakan sebagai tempat selfie. Di Empang juga terdapat sepeda gowes yang bisa digunakan oleh pengunjung untuk mengelilingi Empang.
(Sumber: dari berbagai sumber)
Ahad | |
Senin | |
Selasa | |
Rabu | |
Kamis | |
Jumat | |
Sabtu |
Wisata memancing |
Wisata air |
Wisata selfie |