
Setelah menunggu selesai sekian waktu, akhirnya Alun-alun Sumedang dibuka dan diresmikan. Tidak tanggung-tanggung, peresmian Alun-alun Sumedang dilakukan langsung oleh Gubernur Jawa Barat, H. M. Ridwan Kamil. Pelaksanaan peresmiannya sendiri dilakukan pada hari Sabtu, 14 Maret 2020 serta didampingi oleh didampingi Bupati Sumedang Dr. H. Dony Ahmad Munir, dan Wakil Bupati Sumedang H. Erwan Setiawan.
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Barat mengatakan, pembangunan Alun-alun Kabupaten Sumedang merupakan salah satu bagian dari program pembangunan alun-alun di seluruh Jawa Barat, diantaranya Cirebon, Majalengka, dan Kuningan.
Kemudian Bupati Sumedang mengungkapkan rasa bangganya dengan wajah baru Alun-alun Kabupaten Sumedang yang merupakan desain khusus dari Gubernur Jawa Barat sekaligus arsiteknya yang dipersembahkan bagi warga masyarakat Kabupaten Sumedang. Mimpi untuk memiliki ruang terbuka publik yang dapat difungsikan sebagai tempat edukasi, berinteraksi, berdiskusi, refreshing, serta ragam kegiatan lainnya dapat terwujud di alun-alun ini.
Bupati juga berharap wajah baru Alun-alun Sumedang ini bukan saja dapat dinikmati sebagai tempat hiburan dan destinasi wisata yang baru, yang mampu meningkatkan indeks kebahagiaan masyarakat, akan tetapi menjadi ikon kebanggan seluruh warga masyarakat Sumedang.
Alun-alun Sumedang yang baru ini memiliki konsep terbagi ke dalam dua zona atau wilayah, yaitu zona formal dan zona rekreasi. Zona formal terletak di bagian selatan sementara zona rekreasi atau bermain terletak di bagian utara. Setiap zona tersebut mengandung berbagai makna filosofis, seperti zona humaniora, sejarah dan budaya kasumedangan warisan para leluhur. Nilai-nilai luhur dan filosofis yang ingin dilestarikan dalam pembangunan alun-alun ini diaktualisasikan dalam pembangunan lantai, trap, tata letak, termasuk kolam-kolam kecil dengan air mancurnya yang berada di sekitar monumen Lingga.
Kemudian keempat pojok alun-alun mempunyai fungsi tersendiri dan bersifat tematik. Di pojok kanan selatan terdapat wahana bermain untuk anak-anak. Sedangkan di pojok kirinya terdapat wahana Kaulinan Barudak Baheula (permainan tempo dulu). Sementara di pojok kanan utara terdapat pojok baca dan di pojok kirinya terdapat kolam cetek, ampitheater dan display beberapa sosok profil singkat pemimpin/bupati Sumedang dari masa ke masa. Sedangkan di bagian tengah zona selatan alun-alun dijadikan tempat untuk kegiatan formal seperti upacara.
Perubahan paling mendasar penataan Alun-alun Kota Sumedang ini adalah ruang terbuka publik ini tidak lagi dikelilingi pagar, sehingga terbuka dari segala arah. Walapun tidak dibatasi oleh pagar, namun terdapat empat jalan sebagai akses masuk ke dalam alun-alun, sesuai arah mata angin sebagaimana tampak saat ini.
Kendati terdapat banyak perubahan di sana-sini, namun penataan alun-alun tidak melepaskan ciri alun-alun sebagai cagar budaya.
(Sumber: instagram @humas_sumedang)