Cadas Pangeran merupakan nama sebuah kawasan yang menjadi bagian dari jalan raya yang menghubungkan Bandung - Sumedang. Kawasan Cadas Pangeran terkenal karena kondisi alamnya yang berupa lereng dari cadas. Dimana jalan raya tersebut melewati kawasan perbukitan dengan lereng cadas yang curam.
Jalan raya nasional yang melewati kawasan Cadas Pangeran ini merupakan bagian dari jalan raya pos yang dibangun semasa penjajahan Belanda. Jalan raya pos ini membentang dari ujung barat Pulau Jawa (Anyer) sampai ujung timur Pulau Jawa (Panarukan). Berdasarkan cerita, jalan raya pos ini dibangun ketika pemerintahan VOC di bawah kendali Guberur Jenderal Herman Willem Daendels. Ketika pembangunan jalan raya pos sampai ke wilayah Sumedang, sekitar tujuh kilometer mencapai kota Sumedang, pembangunan jalan harus menembus perbukitan dengan lereng yang curam dan berbatu cadas. Pekerja yang menggarap pembangunannya merupakan warga lokal yang sengaja diminta oleh Gubernur Jenderal kepada pemerintahan lokal (bupati) di lokasi bersangkutan. Karena medan yang yang harus digarapnya sangat terjal dan berbatu cadas serta peralatan yang terbatas, tidak mengherankan jika para pekerja harus menanggung beban kerja yang sangat berat. Akhirnya, banyak jatuh korban dari kalangan pekerja pribumi ini.
Dengan banyaknya korban inilah, pejabat bupati Sumedang pada waktu itu, Pangeran Kusumadinata IX atau yang dikenal sebagai Pangeran Kornel, tidak rela melihat rakyatnya diperlakukan semena-mena dalam pembangunan jalan tersebut. Kekesalannya ini ditumpahkan ketika Gubernur Jenderal Daendels melakukan inspeksi pembangunan jalan di ruas Cadas pangeran. Diceritakan, ketika menyambut Daendels, Pangeran Kornel berjabat tangan dengan menggunakan tangan kiri sementara tangan kanannya memegang keris, seolah-olah menantang. Jabat tangan yang tak lazim itu, tidak sekedar menunjukkan protes Pangeran Kornel terhadap Daendels, tetapi juga sebagai ancaman.
Pada saat itu Pangeran Kornel memprotes tindakan Daendels yg telah memperlakukan rakyat Sumedang dengan semena-mena. Dan akhirnya di depan Pangeran Kornel, Daendels berjanji buat melanjutkan pembangunan jalan tersebut oleh pasukan Belanda serta rakyat Sumedang dijadikan cadangan pekerja saja. Akhirnya, jalan raya pos yang membelah perbukitan tersebut bisa terselesaikan.
Untuk mengenang keberanian Pangeran Kornel menentang kebijakan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels ini, jalan yang melintasi kawasan ini diberi nama Jalan Cadas Pangeran. Kemudian dibuatkan juga patung Pangeran Kornel yang terletak di persimpangan Jalan Cadas Pangeran, di mana patung tersebut menggambarkan insiden pada saat Pangeran Kornel bersalaman dengan tangan kiri dengan Gubernur Jenderal Daendels.
Melihat prasasti yang ada di pinggir jalan Cadas Pangeran atas, tebing cadas dibobok pada tanggal 26 November 1811 dan berakhir pada tanggal 12 Maret 1812. Saat ini, jalan yang melintasi wilayah Cadas Pangeran ada dua yaitu yang bagian atas dan jalan bawah (terletak di tebing Cadas Pangeran). Jalan raya pos yang dibangun di bawah perintah Jenderal Daendels berada di bagian atas dengan sebagian jalurnya berupa tanjakan yang cukup curam, khususnya dari arah timur ke barat.
Setelah hampir seratus tahun dari pembangunan awal jalan raya pos di wilayah Cadas Pangeran, pada tahun 1908 ketika Sumedang di bawah pimpinan bupati Pangeran Aria Soeria Atmadja dibuatkan jalan baru. Di bawah pimpinan bupati yang dikenal dengan nama Pangeran Mekah tersebut, dibangun jalan baru yang melintasi wilayah Cadas Pangeran yang posisinya berada di bagian bawah jalan raya pos. Pembangunan jalan Cadas Pangeran yang baru ini dilakukan karena jalan yang lama memiliki kondisi yang cukup berat dengan tanjakan yang tajam dengan belokan yang cukup banyak. Sehingga lalu lintas yang ketika itu banyak mengandalkan kereta kuda harus dibantu dengan kerbau atau sapi untuk melintasinya.
Jalan Cadas Pangeran yang baru ini melintasi tebing cadas yang curam. Hal ini agar kontur jalan yang dibangunnya tidak terlalu banyak tanjakan atau turunan, hanya saja kondisinya menyesuaikan dengan tebingnya sehingga banyak tikungan tajam. Pada awalnya atau setidaknya sampai hampir seratus tahun lamanya, jalan Cadas Pangeran yang bawah ini cukup representatif sebagai jalur lalu lintas terutama kendaraan mulai dari kereta kuda sampai kendaraan bermotor.
Menginjak tahun 1990-an, jalan Cadas Pangeran bawah ini dianggap sudah tidak mampu lagi menampung lalu lintas kendaraan yang semakin padat terutama kendaraan besar. Jalan yang dibangun di tebing curam ini tidak mampu menampung lalu lintas kendaraan besar dari kedua arah terutama di tikungan. Jika ada kendaraan besar seperti bus dan truk berpapasan di tikungan, salah satunya harus mengalah dan berhenti dulu. Berdasarkan kondisi, pada tahun 1995 pemerintah bermaksud untuk menghidupkan kembali jalan Cadas Pangeran atas (jalan yang lama) dengan cara memperlebarnya.
Dalam proses pelebaran jalan Cadas Pangeran atas ini, ternyata terjadi bencana longsor. Dalam proses pelebaran jalannya terjadi kesalahan teknis yaitu ketika pengerukan tanah di lereng jalan yang lama. Pengerukan lerengnya dilakukan nyaris tegak lurus, sehingga bagian atas tidak memiliki penyangga. Lereng jalan ini akhirnya rubuh menutupi sampai ke bagian jalan yang bawah. Longsoran ini mengakibatkan putusnya jalan yang menghubungkan antara Sumedang - Cirebon. Jalan Cadas Pangeran yang bawah tertutup longsoran dengan panjang mencapai 500 meter. Sehingga jalan Cadas Pangeran tidak bisa dilewati kendaraan, dan proses pelebaran jalan Cadas Pangeran atas dibatalkan.
Akibat dari bencana longsor ini, selama setengah tahun kawasan Cadas Pangeran tidak bisa dilalui kendaraan. Selama hampir enam bulan jalan Sumedang - Bandung lumpuh. Kendaraan besar seperti bus tak bisa melewati Sumedang, hanya kendaraan kecil yang dipebolehkan masuk ke jalur alternatif Citali - Rancakalong - Sumedang sejauh 30 km.
Proses pelebaran jalan akhirnya dialihkan ke jalan Cadas Pangeran bawah. Perbaikan dan pelebaran jalan Cadas Pangeran bawah ini memakan waktu hampir satu tahun lamanya. Perbaikan dan pelebaran jalan Cadas Pangeran bawah ini menggunakan sistem Road Contilever Construction, sehingga badan jalan menjadi lebih lebar dan seperti menempel pada tebing karena disangga pelat beton bertulang. Dengan menggunakan teknologi ini, jalan Cadas Pangeran menjadi memiliki lebar sampai 12 meter, sehingga leluasa dilalui kendaraan. Kendaraan besar tidak perlu lagi mengantri ketika berpapasan, bahkan sejak saat itu kendaraan tronton dan truk trailer yang sebelumnya tak bisa masuk dengan leluasa bisa melintasi jalan Cadas Pangeran.
Ahad | |
Senin | |
Selasa | |
Rabu | |
Kamis | |
Jumat | |
Sabtu |
Akses lalu lintas Sumedang dengan wilayah barat |